TALUD sepanjang ratusan meter di sisi jalan nasional antara desa Bondat-Tintingan ini dikeluhkan warga, karena menjadi penghalang akses menuju lokasi perkebunan. FOTO: ZAINUDDIN LASITA
Aktivitas pembuatan talud di jalan nasional sepanjang Desa Bondat dan Tintingan, Kecamatan Pagimana terkesan merugikan petani. Pasalnya, talud yang dibangun dengan tinggi sekira 70-80 CM itu menghalangi akses petani menuju lahan perkebunan.
Aran, salah satu warga Tintingan mengeluhkan pihak pelaksana dan pekerja yang tidak membuatkan jalan alternatif bagi petani. “Mestinya saat talud dibangun ada jalan alternatif yang harus dibuatkan, sehingga petani tidak kesulitan terutama saat memetik hasil pertanian dan perkebunan seperti pisang, kelapa, cokelat dan lain-lain. Sebab, untuk membawah hasil perkebunan hingga perkampungan harus menggunakan kendaraan roda dua, dan empat, bahkan terkadang gerobak. Tapi bagimana jika akses jalan sudah tidak ada, otomatis kita dirugikan,” keluh Aran kepada Banggai Raya, Rabu (8/6/2016).
Ia berharap pihak kontraktor pelaksana dan pekerja bisa membuatkan jalan alternatif bagi petani. “Kita berharap ada perhatian dari kontraktor pelaksana dan pekerja, paling tidak bisa membuatkan jalan alternatif tadi. Karena berdasarkan informasi yang kami dapatkan bahwa jalan alternatif dibangun setelah ada penimbunan dan pengaspalan jalan. Jika itu terjadi, berarti kita berbulan-bulan dirugikan. Bahkan tidak menutup kemungkinan bertahun-tahun kita tersiksa,” ujarnya.
Pantauan media ini, pembangunan talud tidak hanya di ruas jalan sepanjang Desa Bondat-Tintingan, tetapi dilakukan di sejumlah titik seperti Desa Bungawon, Uwedaka, Taloyon, Sepa dan Lambangan.
Selain pembuatan talud, pada proyek peningkatan jalan nasional juga dibangun riol (drainase) dan plat dekar. Pembangunan plat deker terlihat diruas jalan yang menghubungkan Desa Huhak-Tintingan. Sementara pemembangunan drainase baru dilakukan di ruas jalan nasional Bondat-Tintingan. ZAI (BANGGAI RAYA)
No comments:
Post a Comment